1 Wakalah al-Mutlaqah. Al-Mutlaqah adalah jenis wakalah yang mewakilkan sesuatu secara mutlak. Artinya, wakalah dilakukan tanpa batas waktu dan juga untuk segala urusan. 2. Wakalah al-Muqayyadah. Wakalah al-Muqayyadah merupakan penunjukan wakil yang bertindak atas namanya, dalam suatu urusan-urusan tertentu. 3. Wakalah al-Ammah. Menjadi wali Allah ternyata bisa dengan amalan wajib maupun amalan sunnah. Begini penjelasannya dalam hadits Arbain 38. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu slaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.’” HR. Bukhari [HR. Bukhari, no. 6502] Baca Juga Hadits Arbain 37 Berniat Baik dan Jelek, Namun Tidak Terlaksana Apa itu wali Allah? Secara bahasa wali berarti “al-qorib”, yaitu dekat. Dalam ayat disebutkan, أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63 “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” QS. Yunus 62-63. Dari ayat di atas, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang wali Allah, فَأَوْلِيَاءُ اللهِ هُمُ المُؤْمِنُوْنَ المُتَّقُوْنَ “Wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa” Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 25 Sebagian ulama lainnya menyebutkan bahwa wali Allah adalah, كُلُّ مُؤْمِنٍ تَقِيٍّ لَيْسَ بِنَبِيٍّ “Setiap orang beriman dan bertakwa selain dari nabi.” Disebutkan dalam Minhaj As-Sunnah, 728 dan Fatawa Muhimmah li Umum Al-Ummah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, hlm. 84 Al-wali secara bahasa berarti al-qarib, artinya dekat. Sebagaimana penyebutan dalam hadits berikut ini, أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ ِلأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ. “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat dengan mayit.” HR. Bukhari, no. 6746 dan Muslim, no. 1615 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar-benar termasuk wali Allah adalah orang yang beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beriman dengan ajaran yang beliau bawa, serta mengikuti ajaran tersebut secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, tetapi tidak mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tidaklah termasuk wali Allah. Bahkan jika menyelisihi Rasul shallallahu alaihi wa sallam, dia termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’ Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imran 31 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, اِدَّعَى قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّوْنَ اللهَ فَأَنْزَلَ اللهُ هَذِهِ الآيَةَ مِحْنَةً لَهُمْ “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka”. Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah akan mencintainya. Namun, siapa yang mengklaim mencintai Allah, tetapi tidak mengikuti beliau shallallahu alaihi wa sallam, ia tidaklah termasuk wali Allah. Banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukan wali-Nya. Bisa dilihat, Yahudi dan Nashrani mengklaim bahwa mereka adalah wali Allah, yang masuk surga hanyalah dari golongan mereka saja, mengaku bahwa mereka adalah anak Allah dan kekasih-Nya, ternyata hanya klaim semata.” Al-Furqan Bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 30 Wali Allah yang paling utama Wali Allah yang paling utama adalah para nabi. Lantas dari nabi dan rasul yang paling utama adalah ulul azmi. Disebut ulul azmi karena mereka itu paling sabar dan memikul beban berat. Azmi itu artinya sabar sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam syarh beliau terhadap kitab Al-Furqan hlm. 36. Ulul azmi ini adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad shalawaatullahu alaihim ajma’in. Ulul azmi yang paling utama adalah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, penutup para nabi, imamnya orang-orang bertakwa, sayyid anak adam, dan pemimpin para nabi. Lihat bahasan ini dalam Al-Furqan, hlm. 28 dan 29. Tingkatan Wali Allah Patut dipahami, wali Allah itu ada dua macam As-saabiquun al-muqorrobun wali Allah terdepan; Al-abror ash-habul yamin wali Allah pertengahan. As-saabiquun al-muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah, di samping melakukan yang wajib, serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh. Al-abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah. Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ 1 لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ 2 خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ 3 إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا 4 وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا 5 فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا 6 وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً 7 فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ 8 وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ 9 وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ 10 أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ 11 فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ 12 ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ 13 وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ 14 “Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. Kejadian itu merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan yang lain, apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” QS. Al-Waqi’ah 1-14. Penyebutan dua macam wali ini juga ada dalam hadits qudsi yang dikaji kali ini. Lihat Al-Furqan, hlm. 47 dan 51. Baca Juga Tingkatan Wali Allah Sifat wali Allah As-Saabiquun Al-Muqorrobun Wali Allah Terdepan Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Mereka itu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadikan amalan mubah yang hukumnya boleh menjadi suatu ketaatan, mereka menjadikan amalan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga amalan mereka semuanya bernilai ibadah.” Lihat Al-Furqan, hlm. 52. Tentang firman Allah, وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan beribadahlah pada Allah sampai datang kepada kalian yakin ajal atau kematian.” QS. Al-Hijr 99. Ibnu Katsir rahimahullah mengkritisi pemahaman kaum sufi mengenai ayat ini, “Beribadahlah sampai yakin”, yaitu beribadahlah sampai pada tingkatan makrifat. Ketika sudah sampai tingkatan makrifat, maka tidak ada lagi beban syariat. Tidak lagi wajib shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa keyakinan semacam itu adalah kufur, sesat, dan jahil. Karena para Nabi alaihimush shalaatu was salaam, begitu pula para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah yang paling mengenal Allah. Mereka tahu cara menunaikan kewajiban pada Allah. Mereka juga tahu bagaimanakah sifat Allah yang mulia. Mereka tahu bagaimanakah mengagungkan Allah dengan benar.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 4666 Walau mereka sudah sampai tingkatan makrifat mengenal Allah seperti itu, pen., mereka ternyata paling rajin dan paling banyak ibadahnya pada Allah Ta’ala. Mereka terus beribadah pada Allah hingga mereka meninggalkan dunia. Jadi yang benar, makna al-yaqin di sini adalah al-maut kematian sebagaimana dikemukakan sebelumnya.” Mukjizat, Karamah, dan Ilmu Magis Ada empat hal yang mesti dibedakan yaitu mukjizat, karamah, ilmu magis black magic, dan kejadian luar biasa pada para pendusta. Keempat hal ini adalah kejadian luar biasa di luar kemampuan manusia. Pertama, mukjizat Mukjizat aayatun nabi adalah perkara di luar kebiasaan yang Allah tampakkan pada nabi untuk mengokohkan dan membuktikan kebenaran mereka sebagai seorang nabi. Contoh mukjizat adalah pada Nabi Isa. Nabi Isa menghidupkan yang mati, bahkan mengeluarkannya dari kubur setelah dimakamkan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَىٰ وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا ۖ وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ ۖ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي ۖ وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ “Ingatlah, ketika Allah mengatakan “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan ingatlah di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula diwaktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku. Dan ingatlah di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata”.” QS. Al-Maidah 110 Kedua, karamah Karamah adalah perkara luar biasa, tetapi bukan dari para nabi, yakni dari pengikut para nabi atau dari kalangan wali Allah. Contohnya adalah pada Maryam yang menggoyangkan batang kurma. Dalam ayat disebutkan, وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” QS. Maryam 25. Buah kurma yang masak itu tidak hancur. Ini namanya karamah. Begitu juga Maryam bisa hamil tanpa suami hingga melahirkan adalah suatu karamah. Dalam ayat disebutkan, وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ “Dan ingatlah kisah Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda kekuasaan Allah yang besar bagi semesta alam.” QS. Al-Anbiya 91 Ketiga, ilmu magis ilmu hitam Ilmu magis sya’wadzah adalah sesuatu yang Allah tampakkan pada orang yang mengabdi pada jin. Ini sebagai bentuk ujian bagi dirinya dan orang lain, yang membuat tukang sihir itu semakin sesat. Ilmunya datang dari setan, sehingga yang memilikinya tidak disebut wali Allah, apalagi seorang nabi. Keempat, kejadian luar biasa pada para pendusta Kejadian ini untuk membuat orang yang memilikinya semakin hina dan menunjukkan kedustaannya. Ini seperti yang ada pada Musailamah Al-Kadzdzab. Ia mengaku sebagai nabi di akhir-akhir hidup Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan punya banyak pengikut. Suatu hari ada petani yang mendatangi Musailamah, mereka mengadukan padanya bahwa sumur mereka kering, airnya hanya tersisa sedikit sekali. Mereka meminta kepada Musailamah supaya mendatangi sumur tersebut lantas ia meludah ke dalam sumur, seakan-akan ia mengembalikan air. Ia pun pergi, mereka lantas memberikan pada Musailamah air, ia pun berkumur-kumur dengan air tersebut kemudian ia memuntahkannya ke dalam sumur. Akhirnya di sumur itu terdapat air. Ketika ia meludah lagi, air tersebut jadi kering lagi dan tidak tersisa sedikit pun. Karamah wali itu asalnya dari mana? Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqan hlm. 158 menyatakan bahwa karamah wali Allah diperoleh dari keberkahan karena mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, secara hakiki itu masuk dalam mukjizat yang ada para Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Di halaman sebelumnya hlm. 157 disebutkan bahwa wali Allah yang bertakwa adalah yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, mereka mengerjakan setiap perintah beliau dan meninggalkan apa yang beliau larang. Faedah hadits Memusuhi wali Allah termasuk dosa besar. Wali Allah itu ada dan tidak bisa diingkari. Adanya peperangan dari dan terhadap Allah Ta’ala. Hadits ini jadi dalil keutamaan wali Allah. Adanya karamah wali, karena siapa saja yang memusuhi wali Allah, Allah mengumumkan perang terhadapnya. Allah memiliki sifat cinta, dan cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Amal saleh merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perintah Allah berupa amalan wajib dan amalan sunnah. Amalan itu bertingkat-tingkat. Yang Allah cintai adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah. Yang mesti didahulukan adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah, inilah asalnya. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa semua bentuk maksiat berarti menyatakan perang kepada Allah azza wa jalla.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2335 Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Kewajiban badan yang paling agung adalah menunaikan shalat.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2336. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Amalan sunnah yang paling mendekatkan diri kepada Allah adalah memperbanyak membaca, mendengarkan, merenungkan, dan memahami Al-Qur’an.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 1342. Manfaat amalan sunnah mendapatkan cinta Allah mendapatkan ma’iyatullah pertolongan Allah pada pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki doanya mudah dikabulkan. Kaedah dari hadits Amalan wajib lebih didahulukan dari amalan tawaabi’ amalan sunnah. Cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Baca Juga Akan Dicintai Allah Jika Dua Sifat Ini Dimiliki Ini Tanda Orang yang Tidak Cinta pada Allah Referensi Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikhul Islam Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam Ibnu Taimiyyah. Penerbit Maktabah Ar-Rusyd. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid kedua. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Kitab Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad Alu Syaikh. Penerbit Maktabah Darul Hijaz. Syarh Riyadh Ash–Shalihin. Cetakan kedua, Tahun 1427 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan li An-Nasyr. Tafsir Al–Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Diselesaikan Selasa siang, 2 Dzulqa’dah 1441 H, 23 Juni 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Artinya "kematian mendadak itu ketenangan bagi orang beriman dan murka bagi orang kafir". [H.R Abu Dawud] Hadits Tentang Wafatnya Ulama. Artinya: "Sesungguhnya Allah Subhana Hu Wa Ta'ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menanggkat ilmu dengan mematikan para ulama. Ketika tidak tersisa Waliyullah, Para kekasih Allah SWT, mempunyai beragam tingkah laku yang dipandang tidak biasa oleh orang biasa. Kisah seputar tingkah waliyullah yang tidak biasa dianggap nyeleneh oleh sebagian orang. Sehingga ketika menjumpai tingkah orang yang sedikit nyeleneh, kita suka meremehkannya, padahal kita tidak tahu siapa sebenarnya orang tersebut. Bisa jadi orang yang kita remehkan adalah kekasih Allah kitab Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’ karya Abu Nu’aim al-Fahani, terdapat sebuah kisah salah seorang kekasih Allah SWT yang suka berkeliling desa. Beliau berkeliling desa, karena takut jika suatu saat Allah Swt mengambil nyawanya, dirinya dalam keadaan terpedaya dengan tersebut adalah Al-Farrar. Waliyullah ini dikenal dengan tingkahnya yang terus bergerak, tidak mau diam karena takut dari kelalaian dan terperdaya dalam menjalani hidupnya. Sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Muhammad dari Amr bin Utsman al-Makki, bahwa al-Makki pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang terus berkeliling desa yang ada di lalu bertanya, “Kenapa aku melihatmu tidak pernah diam di satu tempat?”Al-Farrar balik bertanya, “Bagaimana mungkin orang yang sedang diincar bisa diam di satu tempat?”Al-Makki lalu berkata, “Bukankah kamu berada di dalam genggaman-Nya di setiap tempat?”Al-Farrar, “Benar. Tetapi aku khawatir jika aku mukim di suatu tempat, Dia mencabut nyawaku dalam keadaan terpedaya, karena bermukim dengan orang-orang yang terpedaya.”Allah SWT sendiri telah memberi kabar bahwa para wali-Nya adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, dalam artian hanya takut kepada Allah SWT semata bukan selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya adalam surah Yunus ayat 62-63;أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah SWT, sebagaimana kisah waliyullah Al-Farrar yang selalu mengingat kematian yang merupakan kepastian dari Allah SWT. Sehingga beliau selalu merasa diawasi oleh Allah, kemudian membuatnya terus berkeliling desa agar tidak terjerumus dengan kelalaian sebab lingkungan karena itulah, jangan mudah menghina dan meremehkan orang lain yang lakunya berbeda dengan orang pada umumnya. Bisa jadi orang tersebut adalah kekasih Allah SWT. Karena pada dasarnya, Allah menyebarkan para wali-Nya di tengah-tengah kita semua dengan cara tentu saja Allah mempunyai maksud atau tujuan tersendiri, kenapa para kekasih-Nya mempunyai tingkah laku yang beragam. Salah satunya adalah menunjukkan bahwa jalan untuk menggapai ridha-Nya itu dari segala arah, tidak sisi lain, kisah waliyullah yang dianggap nyeleneh adalah bentuk ujian terhadap diri manusia. Sejauh mana akhlaknya kepada sesama ciptaan-Nya, apakah mereka bisa mengambil hikmah dari sesuatu yang terjadi di depannya? Atau justru malah menghina atau meremehkan seseorang hanya karena berbeda tingkah laku dengan yang lainnya?Tentu saja, dalam kisah para waliyullah kita sering melihat tingkah laku yang tidak pada umumnya. Namun itu semua adalah bagian dari cara Allah SWT untuk melihat hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan beriman kepada-Nya. Karena orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, tentu tidak akan dengan mudah menghina, meremehkan apalagi menghakimi seseorang dari bentuk luarnya saja. Sebab yang berhak menghakimi hati dan tingkah laku manusia, hanyalah Allah semata.

Menikahjuga ada dalam firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 21: karena sesungguhnya nikah dapat menjaga pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah benteng baginya." (HR. Bukhari no. 5066).

- Kematian adalah hal yang pasti datang kepada semua makhluk yang bernyawa, baik itu manusia, hewan, jin, tumbuhan, malaikat dan lainnya. Hanya soal waktu saja yang membedakan kapan kematian akan datang. Ada yang lebih dahulu dijemput oleh ajal, namun ada yang diberi tangguh hingga usia tua. Merujuk laman BKD Jogja, salah satu ayat dalam Al Quran yang mengingatkan bahwa semua yang bernyawa akan merasakan mati adalah QS. Ali-Imran ayat 185 seperti berikut كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Artinya “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS Ali Imran 185. Kematian yang datang kepada makhluk ciptaan Allah bisa melalui berbagai macam sebab musabab. Ada yang disebabkan oleh penyakit, ada pula yang disebabkan oleh kecelakaan, tenggelam, tertimpa benda keras, atau bahkan tanpa sebab yang umum seperti yang telah disebutkan. Jika Allah berkehendak maka nyawanya akan dicabut oleh malaikat saat itu juga. Tidak ada yang dapat lari dari kematian jika sudah tiba waktunya datang. Walau bersembunyi di benteng paling kuat, atau berobat di rumah sakit paling mahal, jika Allah sudah mentakdirkan kematiannya datang, maka ia akan menemui ajal. Waktunya di dunia untuk berbuat dan beramal sudah habis, dan tiba saatnya untuk mempertanggungjawabkan semua amalan tersebut. Salah satu ayat Al Quran yang menggambarkan hal itu adalah di dalam surat Jumu’ah ayat ke 8 seperti berikut ini قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ Artinya “Katakanlah "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". QS Jumu’ah 8. Demikian pula di dalam surat An-Nisa’ ayat 78 berikut ini أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” QS. An-Nisa’ 78. Berikut ini beberapa dalil lain tentang kematian yang terdapat dalam Al Quran, sebagai pengingat untuk kita semua bahwa suatu saat nanti akan tiba masanya kematian menjemput. Semoga di saat itu, kematian yang baik husnul khotimah yang akan menjadi jalan akhir kita. Hikmah dari mengingat kematian, seperti dikutip laman NU Online, akan membuat manusia menjadi takut untuk berbuat dosa, mendorong perbuatan baik kepada sesama makhluk hidup, bertaubat atas segala kesalahan di masa lalu, dan membuat seorang muslim termotivasi untuk selalu mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hanya Allah Subhanahu wata'ala saja yang akan kekal, karena segala yang ada di alam semesta ini merupakan ciptaan-Nya. Ayat Al Quran tentang kematian QS Ali Imran 145 Artinya “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” QS Ali Imran 145. QS Ar-Rahman 26-27 Artinya “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS Ar-Rahman 26-27 QS Al Mulk 2 Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” QS Al Mulk 2 QS Al Anbiya 34-35 Artinya “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad; maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” QS Al Anbiya 34 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” QS Al Anbiya 35 QS As-Sajdah 11 Artinya “Katakanlah "Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan," QS As-Sajdah 11 QS Qaf 19 Artinya “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya,” QS Qaf 19.Baca juga Teks Khutbah Jumat Bekal Menyambut Kematian, Sudah Siapkah Kita? Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Musibah dan Bencana, Termasuk Pandemi Doa Ketika Tertimpa Musibah dan Bencana Arab, Latin & Artinya - Sosial Budaya Kontributor Cicik NovitaPenulis Cicik NovitaEditor Dhita Koesno
Kedua madzhab Malikiyah. Imam Malik menegaskan, bahwa menghadiahkan pahala amal kepada mayit hukumnya dilarang dan pahalanya tidak sampai, dan tidak bermanfaat bagi mayit. Sementara sebagian ulama malikiyah membolehkan dan pahalanya bisa bermanfaat bagi mayit. Dalam Minah al-Jalil, al-Qarrafi membagi ibadah menjadi tiga, Ibadah yang pahala dan

Tidakada dosa bagi kalian, wahai kaum lelaki, untuk meminang wanita-wanita yang sedang dalam idah karena ditinggal mati oleh suaminya dengan memberikan isyarat (sindiran) dan menyembunyikan maksud itu dalam hati kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa kalian tidak akan dapat bersabar untuk tidak membicarakan mereka.

AlQur'an Surat Al-Hadid: 25, Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) '" (QS. Al-An'am [6]: 162-163). Ayat-ayat semacam ini banyak sekali. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memberi hidayah kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah". [Asy Syura/42 : 52-53] Makna "engkau memberi hidayah" di sini ialah, engkau memberi petunjuk dan bimbingan ke jalan yang lurus dengan beragam petunjuk dan bimbingan, dengan didukung oleh sejumlah mukjizat dan bukti yang menunjukkan kejujuran dan kebenaran Beliau sebagai Ingatlah sesungguhnya para Wali Allah mereka tidak takut dan tidak bersedih (Q.S Yunus ayat 62)(H.R anNasaai, dishahihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib, dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam al-Jami'us Shahih mimma Laysa fis Shahihayn) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan: .
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/321
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/39
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/167
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/448
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/278
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/80
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/358
  • 4wl2vl0bm6.pages.dev/409
  • ayat sesungguhnya wali allah itu tidak mati